BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kurikulum adalah suatu sistem yang mempunyai
komponen-komponen yang saling berkaitan erat dan menunjang satu sama lain.
Komponen-komponen kurikulum tersebut terdiri dari tujuan, materi pembelajaran,
metode, dan evaluasi. Dalam bentuk sistem ini kurikulum akan berjalan
menuju suatu tujuan pendidikan dengan adanya saling kerja sama diantara seluruh
subsistemnya. Apabila salah satu dari variabel kurikulum tidak berfungsi dengan
baik maka sistem kurikulum akan berjalan kurang baik dan maksimal.
Berangkat dari bentuk kurikulum tersebut, maka dalam
pelaksanaan kurikulum sangat diperlukan suatu pengorganisasian pada seluruh
komponennya. Dalam proses pengorganisasian ini akan berhubungan erat dengan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan. Sedangkan
manajemen adalah salah satu displin ilmu yang implikasinya menerapkan
proses-proses tersebut.Maka dalam penerapan pelaksanaan kurikulum, seorang yang
mengelola lembaga pendidikan harus menguasai ilmu manajemen, baik untuk
mengurus pendidikan ataupun kurikulumnya. Dalam makalah ini penulis akan
menerangkan tentang penerapan manajemen dalam pelaksanaan kurikulum.
Pengelolaan
kurikulum merupakan suatu pola pemberdayaan tenaga pendidikan dan sumberdaya
pendidikan lainnya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kurikulum itu sendiri
hal yang sangat menetutukan kebehasilan kegiatan belajar mengajar secara
maksimal, sehingga perlu adanya pengelolaan yang meliputi:
1.
kegiatan perencaan;
2.
kegiatan pelaksanaan dan;
3.
kegiatan penilaian.
Sesuai dengan kegiatan pengelolaan kurikulum tersebut,
penyajiaanya akan diurutkan mulai dari perencaan. Namun terlebih
dahulu akan dijelaskan dan dibatasi oleh pengertian kurikulum.
Pengelolaan kurikulum berkaitan dengan
pengelolaan pengalaman belajar yang membutuhkan stretegi tertentu sehingga
menghasilkan produktifitas belajar bagi siswa. Dengan demikian, kami ingin
memberikan masukan dan pemaparan dalam suatu pengelolaan kurikulum. Dan kami
berniat untuk membuat suatu makalah yang berjudul Pengelolaan Kurikulum.
1.2. Rumusan Masalah
- Apakah pengertian administrasi kurikulum itu ?
- Apakah pengertian pengelolaan kurikulum itu ?
3. Bagaimana
Ruang lingkup pengelolaan Kurikulum?
4. Bagaimana
peran, prinsip dan fungsi kurikulum ?
5. Bagaimana
landasan pengembang kurikulum ?
6. Apa-apa sajakah kegiatan pokok dalam operasional
kurikulum?
7. Apa yang harus di utamakan dalam kurikulum?
1.3 Tujuan Makalah
Tujuan Penulisan Makalah Sejalan
dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk :
1.
Mengetahui sevinisi kurikulum yang sebenarnya.
2.
Memahami ruang lingkup pengelolaan kurikulum.
3.
Memahami prinsip-prinsip dan fungsi dalam pengelolaan kurikulum
4.
Untuk mengaplikasikan komponen dan tahapan dalam pengelolaan kurikulum.
1.4.
Manfaat Makalah
Manfaat penulisan makalah ini untuk menambah wawasan tentang bagaimana
pegelolaan kurikulum dalam suatu lembaga tersusun secara sistematis dan benar.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Administrasi Kurikulum
1) Administrasi
Secara etimologi administrasi berasal
dari bahasa Latin “ad” dan “ministro”.”Ad” mempunyai arti
“kepada” dan ministro berarti “melayani”.Secara bebas dapat diartikan bahwa
administrasi itu merupakan pelayanan atau pengabdian terhadap subyek
tertentu.Memang, zaman dulu administrasi dikenakan kepada pekerjaan yang
berkaitan dengan pengabdian atau pelayanan kepada raja atau menteri-menteri
dalam tugas mengelola pemerintahannya.
Pengertian lain yang secara sederhana
dari juga dimekakan oleh Murni Yusuf bahwa administrasi adalah mengarahkan.
Adapun pengertian administrasi secara
luas menurut Syaiful Sagala adalah: “Rangkaian kegiatan bersama sekelompok
manusia secara sistematis untuk menjalankan roda suatu usaha atau misi
organisasi agar dapat terlaksana dengan suatu tujuan tertentu yang telah
ditetapkan.
`
Jadi administrasi merupakan suatu hubungan kerjasama untuk saling melayani dan
mengarahkan secara teratur atau sistematis dalam sebuah organisasi untuk
mencapai tujuan yang diinginkan bersama.
Jadi kata ”administrasi” secara harfiah
dapat di artikan sebagai suatu kegiatan atau usaha untuk
membantu,malayani,mengarahkan atau mengatur semua kegiatan didalam mencapai
suatu tujuan.(Purwanto:1:2007)
Administrasi dalam pengertian yang sempit
yaitu kegiatan ketatausahaan yang intinya adalah kegiatan rutin catat mencatat,
mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat-menyurat dengan segala
aspeknya serta mempersiapkan laporan.
Administrasi pendidikan dalam pengertian
secara luas adalah segenap proses pengerahan dan pengintegrasian segala
sesuatu baik personel,spiritual maupun material yang bersangkut paut dengan
pencapaian tujuan pendidikan.
Jadi,didalam proses administrasi
pendidikan segenap usaha orang-orang yang terlibat didalam proses pencapaian
tujuan pendidikan itu diintegrasikan,diorganisasi dan dikoordinasi secara
efektif,dan semua materi yang di perlukan dan yang telah ada dimanfaatkan
secara efisien.
Dalam pengertian yang luas ini, istilah
administrasi juga dapat diartikan sebagai berikut :
“Administrasi adalah suatu kegiatan atau
rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok
manusia yang tergabung dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan bersama
yang telah ditetapkan sebelumnya agar efektif dan efisien”.
Pengertian
administrasi pendidikan menurut para ahli:
Siagian (1992:2) mengemukakan
administrasi adalah “keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau
lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya”.
Wayong yang dikutip The Liang
Gie (1992:15) mengemukakan bahwa administrasi adalah “kegiatan yang dilakukan
untuk mengendalikan suatu usaha. Kegiatan itu bersifat merencanakan,
mengorganisir dan memimpin”.
Simon sebagaimana dikutip
Handayaningrat (1996:2) mengemukakan “administration is the activities of
groups cooperating to accomplish common goals” (Administrasi sebagai kegiatan
daripada kelompok yang mengadakan kerjasama untuk menyelesaikan tujuan
bersama).
Berdasarkan definisi administrasi
sebagaimana dikemukakan di atas Handayaningrat (1996:3) mengemukakan bahwa
administrasi mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
Adanya
kelompok manusia, yaitu kelompok yang terdiri atas 2 orang atau lebih
Adanya
kerjasama dari kelompok tersebut
Adanya
kegiatan/proses/usaha
Adanya bimbingan,
kepemimpinan, dan pengawasan
Adanya
tujuan
Engkoswara (1987:1) mengemukakan
administrasi pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya adalah “suatu ilmu yang
mempelajari penataan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara
produktif”.
Sutisna (1989:19)
mengemukakan administrasi pendidikan adalah “keseluruhan proses dengan mana
sumber-sumber manusia dan materi yang cocok dibuat tersedia dan efektif bagi
pencapaian maksud-maksud organisasi secara efisien”.
Sears (1950) sebagaimana
dikutip oleh Daryanto (1998:8) mengemukakan “Education administration is the
process as including the following activities planning, organizing, directing,
coordinating, and control.
Daryanto (1998:8) mengemukakan
administrasi pendidikan adalah “suatu cara bekerja dengan orang-orang, dalam
rangka usaha mencapai tujuan pendidikan yang efektif”.
Nawawi (Daryanto, 1998:10)
mengemukakan “administrasi pendidikan adalah rangkaian kegiatan atau
keseluruhan, proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai
tujuan pendidikan secara berencana dan sistematis yang diselenggarakan dalam
lingkungan tertentu, terutama berupa lembaga pendidikan formal”.
Dasuqi dan Somantri
(1992:10) mengemukakan administrasi pendidikan adalah upaya menerapkan
kaidah-kaidah administrasi dalam bidang pendidikan.
Soepardi (1988:25) menjelaskan
administrasi pendidikan adalah semua aspek kegiatan untuk mendayagunakan
berbagai sumber (manusia, sarana dan prasarana, serta media pendidikan
lainnya) secara optimal, relevan, efektif, dan efisien guna menunjang
pencapaian tujuan pendidikan.
Sagala (2005:27)
mengemukakan bahwa administrasi pendidikan adalah penerapan ilmu administrasi
dalam dunia pendidikan atau sebagai penerapan administrasi dalam pembinaan, pengembangan,
dan pengendalian usaha dan praktek-praktek pendidikan.
Berbagai
definisi di atas memberikan gambaran bahwa dalam administrasi pendidikan
terkandung makna :
Administrasi pendidikan
dilakukan melalui kerjasama sejumlah orang
Orientasi pelaksanaan
administrasi pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien.
Administrasi pendidikan
memanfaatkan sumber daya pendidikan secara optimal.
Administrasi pendidikan
dilaksanakan melalui proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa administrasi merupakan suatu proses kerjasama antara dua
orang atau lebih untuk mencapai tujuan dalam melaksanakan kegiatan yang
bersifat merencanakan, mengorganisir dan memimpin.
2) Kurikulum
Istilah kurikulum pada awalnya bukan
dipakai dalam dunia pendidikan, yaitu dipakai sebagai istilah dalam dunia olah
raga.Dalam buku Asas-asas Kurikulum, S. Nasution menyebutkan bahwa
dalam kamus Webster kata kurikulum timbul untuk pertama kalinya pada
tahun 1856. Artinya pada waktu itu ialah: a) a race course; a
place for running; a chariot. Yang memiliki arti “suatu jarak yang harus
ditempuh oleh pelari atau kereta dalam perlombaan dari awal sampai akhir”.Kurikulum
juga berarti “chariot” semacam kereta pacu zaman dulu, yakni suatu alat yang
membewa seseorang dari start sampai finish.
Dalam banyak literatur kurikulum
diartikan sebagai suatu dokumen atau rencana tertulis mengenai kualitas
pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui suatu pengalaman
belajar.Pengertian ini mengandung arti bahwa kurikulum harus tertuang dalam
satu atau beberapa dokumen atau rencana tertulis.
Di dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor
19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), dinyatakan bahwa
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Pengertian kurikulum sebagai sejumlah
mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik, merupakan konsep
kurikulum yang sampai saat ini banyak mewarnai teori – teori dan praktik
pendidikan ( Saylor Alexander & Lewis, 1981).
Pengertian
kurikulum menurut Taylor dalam Nanang Fatah dan Aceng Muhtaram (1991) yaitu
:
·
Perangkat bahan ajar
·
Rumusan hasil belajar yang dikehendaki
·
Penyediaan kesempatan belajar
·
Kewajiban peserta didik
3) Administrasi Kurikulum
Administrasi kurikulum merupakan seluruh
proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan
bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinyu terhadap situasi belajar
mengajar secara efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan.
Seperti telah disebutkan sebelumnya
bahwa pada tingkat sekolah apapun, yang menjadi tugas utama kepala sekolah
ialah menjamin adanya program pengajaran yang baik bagi murid-murid.Karena pada
dasarnya pengelolaan/manajemen pendidikan fokus segala usahanya adalah terletak
pada Praktek Belajar mengajar (PBM).Hal ini nampak jelas bahwa pada hakikatnya
segala upaya dan kegiatan yang dilaksanakan didalam sekolah/lembaga pendidikan
senantiasa diarahkan pada suksesnya PBM.
Kurikulum dalam bentuk fisik ini
seringkali menjadi fokus utama dalam setiap proses pengembangan kurikulum
karena ia menggambarkan ide atau pemikiran para pengambil keputusan yang
digunakan sebagai dasar bagi pengembangan kurikulum sebagai suatu pengalaman.
Aspek
yang tidak terungkap secara jelas tetapi tersirat dalam definisi kurikulum
sebagai dokumen adalah bahwa rencana yang dimaksudkan dikembangkan berdasarkan
suatu pemikiran tertentu tentang kualitas pendidikan yang diharapkan.
2.2 Pengertian pengelolaan kurikulum
Pasal 1 butir 19
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menjelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Kurikulum nasional yang bersifat minimal pada dasarnya dapat
dimodifikasi untuk melayani kebutuhan siswa yang memiliki kecerdasan dan
kemampuan luar biasa.
Namun, pada
kenyataannya masih terdapat dua kendala yaitu :
1) Sekolah menjalankan
kurikulum nasional yang bersifat minimal tanpa mengolah dan memodifikasi
kurikulum guna melayani kebutuhan peserta didik tertentu yang berhak memperoleh
pendidikan khusus.
2) ketentuan yang ada
belum mengakomodir kebutuhan peserta didik yang berhak memperoleh pendidikan
khusus.
2.3 Ruang
Lingkup Pengelolaan Kurikulum
Ruang lingkup pengelolaakuriklum
meliputi:
1. Perencanaan kurikulum
Perencanaan kurikulum adalah
perencanaan kesempatan belajar yang bertujuan untuk membina peserta didik
kearah perubahan tingkahlaku yang diinginkan. Perencanaan merupakan proses
seseorang dalam menentukan arah, dan menentukan keputusan untuk diwujudkan
dalam bentuk kegiatn atau tindakan yang berorientasi pada masa depan.
Prinsip-prinsip perencanaan
kurikulum:
a. Perencanaan krikulum berkenaan dengan
pengalaman-pengalaman para siswa.
b.Perencanaan kurikulum dibuat berdasarkan berbagai
keputusan tentang konten dan proses.
c. Perencanaan kurikulum mengandung keputusan-keputusan
tentang berbagai isu yang aktual.
d. Perencanaan kurikulum melibatkan banyak kelompok.
e. Perencanaan kurikulum dilaksanakan pada berbagai
tingkatan.
f. Perencanaan kurikulum adalah sebuah proses yang
berkelanjutan.
Sifat perencanaan kurikulum
a. bersifat komprehensif artinya kurikulum tersebut
mempunyai arti yang luas dan menyelurah, bukan sebatas pada jadwal pelajaran
saja.
b. Integratif artinya satu kesatuan yang utuh.
c. Realistik artinya terlihat jelas atau kurikulum disusun
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
d. Humanistik artinya kurikulum disusun untuk kepentingan
kemanusian baik bagi peserta didik maupun bagi masyarakat.
e. Futuralistik artinya kurikulum
sebagai pandangan yang mendorong pendidikan yang mengarah ke masa depan.
f. Mengacu pada pengembangan kompetensi
sesuai dengan standar nasional.
g. Berderisifikasi.
h. Bersifat desentralistik artinya
kurikulum bersifat merata artinya kurikulum tidak hanya disusun oleh pusat saja
tapi juga pemerintah daerah hingga guru pun diberi wewenang untuk menyusun
kurikulum.
Dalam
perencanaan kurikulum terdiri dari
1. Isi kurikulum
Kurikulum harus terdiri atas berbagai
mata pelajaran yang urutannya harus disusun secara logis dan terperinci.
Kurikulum harus mencakup seperangkat
masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah kehidupan yang selalu muncul.
Kurikulum mencakup masalah-masalah
kehidupan anak-anak sehai-hari yang berbeda-beda pada tiap kelompok umur.
2. Bahan pelajaran
Urutan pelajaran ditentukan menurut
jalan pikiran yang terkandung dalam mata pelajaran yang harus diberikan.
Urutan pelajaran dimulai dari satuan
mata pelajaran yang paling mudah dan berangsur-angsur menuju pelajaran yang
sukar.
Urutan pelajara dtentukan oleh
cara-cara yang paling baik dalam mengajarkan tiap mata pelajaran yang dapat
ditemukan dengan jalan melakukan metode ilmiah.
Perencanaan
kurikulum dilakukan ditingkat pusat, daerah, maupun sekolah.
a. Perencanaan kurikulum ditingkat pusat meliputi. Tujuan
pendidikan, bahan materi yang dikeluarkan dalam bentuk buku GBPP,
pedoman-pedoman sebagai pelengkap buku GBPP, struktur program.
b. Perencanaan kurikulum ditingkat propinsi meliputi
kalender akademik, petunjuk pelaksanaan, bimbingan dan penyuluhan, dan petunjuk
pelaksanaan penilaian.
c. Perencanaan kurikulum di sekolah antara lain
penyusunan kalender pendidikan, penyusunan jadwal pelajaran, pembagian tugas
mengajar, penempatan murid di kelas.
d. Hal-hal yang direncanakan guru sehubungan administrasi
kurikulum adalah penyusunan program pengajaran, penyusunan satuan pelajaran,
dan perencanaan penilaian hasil belajar[9][3].
2. Pelaksanaan
Kurikulum
Pelaksanaan
kurikulum adalah penerapan program kurikulum yang telah dikembangkan yang kemudian
diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan dengan menyesuaikan terhadap
situasi dilapangan.
Prinsip-prinsip
pelaksanaan kurikulum:
a. Perolehan kesempatan yang sama
b. Berpusat pada anak
c. Pendekatan dan kemitraan
d. Kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam
pelaksanaan.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pelaksanaan kurikulum:
a. Kararakteristik kurikulum, yang mencakup ruang lingkup
bahan ajar, tujuan fungsi, sifat, dll.
b. Strtegi pelaksanaan, strategi yang digunakan dalam
pelaksanaan kurikulum. Seperti diskusi profesi, seminar, penataran dan
lain-lain.
c. Karakteristik penggunaan yang meliputi pengetahuan,
ketrampilan, serta nilai dan sikap guru terhadap kurikulum dalam pembelajaran.
Pelaksanaan
kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan yaitu:
a. Pelaksanaan kurikulum tingkat
sekolah.
Pelaksanaan
kurikulum dalam tingkat sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab untuk
melaksanakan kurikulum dilingkungan sekolah yang dipimpinnya. Kewajiban kepala
sekolah antara lain menyusun rencana tahunan, menyusun jadwal pelaksanaan
kegiatan, memimpin rapat dan membawa notula rapat, membuat statistik dan
menyusun laporan-laporan.
b. Melaksanakan kurikulum tingkat kelas
Pada
pelaksanaan ini yang berperan besar adalah guru yang eliputi jenis kegiatan
administrasi yaitu:
1. Kegiatan dalam bidang proses belajar
mengajar, tugas guru terdiri dari
Menyusun rencana pelaksanaan program
Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan
dan jadwal pelajaran
Pengisian daftar penilaian kemajuan
belajar dan perkembangan siswa.
Pengisian buku laporan pribadi siswa.
2. Kegiatan ekstra kurikuler adalah
kegiatan pendidikan diluar ketentuan kurikulum yang berlaku, besifat pedagogis
dan menunjang pendidikan dalam rangka menunjang ketercapaian sekolah.
3. Pembimbing
dalam kegiatan belajar, tujuan utama pembimbingan yang diberikan guru adalah
untuk mengembangkan semua kemampuan siswa agar siswa berhasil mengembangkan
hidupnya. Bimbingan seorang guru berupa bantuan untuk menyelesaikan masalah
peserta didik sehingga peserta didik dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan
mampu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
3. Penilaian
kurikulum
Penilaian
kurikulum adalah proses pembuatan pertimbangan berdasarkan seperangkat kriteria
yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan untuk membuat keputusan
mengenai suatu kurikulum.
a. Tujuan tertentu, artinya setiap program penilaian
kurikulum terarah dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan secara jelas.
b. Bersifat objektif, berpijak pada keadaan yang
sebenarnya, bersuber dari data yang nyata dan akurat.
c. Bersifat komprehensif, mencakup semua dimensi atau
aspek yang terdapat dalam ruang lingkup kurikulum.
d. Kooperatif, dan bertanggung jawab dalam perencanaan,.
e. Efesien dalam penggunaaan waktu, biaya, tenaga dan
peralatan yuang menjadi sarana penunjang.
f. Berksinambungan.
Penilaian
kurikulum memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Secara umum penilaian kurikulum
bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pelaksanaan kurikulum di sekolah,
dimana informasi ini akan bermanfaat sebagai dasar pertimbangan bagi pengambil
keputusan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan kurikulum di
sekolah.
b. Secara khusus penilaian kurikulum
bertujuan untuk memperoleh jawaban dari kelengkapan komponen kurikulum di
sekolah, efektivitas pelaksanaan kurikulum, efektivitas pelaksanaan sarana
penunjang, tingkat pencapaian hasil belajar ditinjau dari kesesuaian dengan
tujuan, dan dampak pelaksanaan kurikulum baik positif atau negatif.
Ruang lingkup
yang dikaji dalam penilaian kurikulum adalah:
a. Tersedianya dan kelengkapan komponen kurikulum.
b. Pemahaman buku kurikulum.
c. Pelaksanaan kurikulum sekolah.
d. Pemanfaatan sarana penunjang.
4.perbaikan
kurikulum
Kurikulum
suatu pendidikan itu tidak bisa bersifat selalu statis, akan tetapi akan
senantiasa berubah dan bersifat dinamis. Hal ini dikarenakan kurikulum itu
sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan yang menuntutnya untuk melakukan
penyesuaian supaya dapat memenuhi permintaan.Permintaan itu baik dikarenakan
adanya kebutuhan dari siswa dan kebutuhan masyarakat yang selalu mengalami
perkembangan dan pertumbuhan terus menerus.
Perbaikan
kurikulum intinya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang dapat
disoroti dari dua aspek, proses, dan produk. Kriteria proses menitikberatkan
pada efisiensi pelaksanaan kurikulum dan sistem intruksional, sedangkan
kualitas produk melihat pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai dan output
(kelulusan siswa).
Berkaitan
dengan prosedur perbaikan, seluruh komponen sumber daya manusiawi, seperti:
administrator, pemilik sekolah, kepala sekolah, guru-guru, siswa serta
masyarakat mempuanyai sangat berperan besar. Tanggung jawab masing-masing harus
dirumuskan secara jelas.Selain itu aspek evaluasi juga harus dikaji sejak awal
perencanaan program perbaikan kurikulum. Dengan evaluasi yang tepat dan data
informasi yang akurat akan sangat diperlukan dalam membuat keputusan kurikulum
dan intruksional.
Chamberlain
telah merumuskan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam perbaikan:
(1) mengidentfikasi masalah sebenarnya sebagai
tuntutan untuk mengetahui tujuan,
(2) mengumpulkan fakta atau informasi tambahan,
(3) mengajukan kemungkinan pemecahan dengan keputusan
yang optimal dan diharapkan, (4) memilih pemecahan sebagai percobaan,
(5) merencanakan tindakan yang dikehendaki untuk
melaksanakan penyelesaian,
(6) melakukan solusi percobaan,
(7) evaluasi.
2.4 Prinsip,
Sifat, dan Fungsi Pengelolaan Kurikulum
1.Prinsip yang harus diperhatikan
dalam melaksanakan manajemen kurikulum adalah sebagai berikut:
1) Produktivitas,
hasil yang akan diperoleh dalam pelaksanaan kurikulum harus sangat
diperhatikan. Output (peserta didik) harus menjadi pertimbangan agar sesuai
dengan rumusan tujuan pengelolaan kurikulum.
2) Demokratisasi,
proses manajemen kurikulum harus berdasarkan asas demokrasi yang menempatkan
pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya agar dapat
melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.
3) Kooperatif, agar
tujuan dari pelaksanaan kurikulum dapat tercapai dengan maksimal, maka perlu
adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terkait.
4) Efiktivitas dan
efisiensi, rangkaian kegiatan kurikulum harus dapat mencapai tujuan dengan
pertimbangan efektif dan efisien, agar kegiatan manajemen kurikulum dapat
memberikan manfaat dengan meminimalkan sumber daya tenaga, biaya, dan waktu.
5) Mengarahkan pada
pencapaian visi, misi, dan tujuan yang sudah ditetapkan. [6]
Adapun
fungsi-fungsi dari manajemen adalah sebagai berikut:
a.
Meningkatkan efisiensi pemanfaatan
sumberdaya kurikulum, karena pemberdayaan sumber dan komponen kurikulum dapat
dilakukan dengan pengelolaan yang terencana.
b.
Meningkatkan keadilan dan kesempatan
bagi peserta didik untuk mencapai hasil yang maksimal melalui rangkaian
kegiatan pendidikan yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan.
c.
Meningkatkan motivasi pada kinerja guru
dan aktifitas siswa karena adanya dukungan positif yang diciptakan dalam kegiatan
pengelolaan kurikulum.
d.
Meningkatkan pastisipasi masyarakat
untuk membantu pengembangan kurikulum, kurikulum yang dikelola secara
profesional akan melibatkan masyarakat dalam memberi masukan supaya dalam sumber
belajar disesuaikan dengan kebutuhan setempat.
Pada
dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum
berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala
sekolah dan pengawas, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan
supervisi atau pengawasan.Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman
dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum berfungsi
sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses
pendidikan di sekolah. Sedangkan bagi siswa, kurikulum berfungsi sebagai suatu
pedoman belajar.
Berkaitan
dengan fungsi kurikulum, terdapat enam fungsi kurikulum, yaitu :
1. Fungsi Penyesuaian
Fungsi penyesuaian mengandung makna
bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar
memiliki sifat well adjusted yang mampu menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social. Lingkungan itu sendiri
senantiasa mengalami perubahan dan bersifat dinamis.Oleh karena itu, siswa pun
harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi
di lingkungannya.
2.
Fungsi
Integrasi
Fungsi integrasi mengandung makna
bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan
pribadi-pribadi yang utuh.Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian
integral dari masyarakat.Oleh karena itu, siswa harus memiliki kepribadian yang
dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.
3.
Fungsi
Diferensiasi
Fungsi diferensiasi mengandung makna
bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan
terhadap perbedaan individu siswa.Setiap siswa memiliki perbedaan, baik dari
aspek fisik maupun psikis yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.
4.
Fungsi
Persiapan
Fungsi persiapan mengandung makna
bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk
melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya.Selain itu, kurikulum juga
diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat
seandainya sesuatu hal, tidak dapat melanjutkan pendidikannya.
5.
Fungsi
Pemilihan
Fungsi pemilihan mengandung makna
bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemampuan
dan minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat hubungannya dengan fungsi
diferensiasi, karena pengakuan atas adanya perbedaan individual siswa berarti
pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut untuk memilih apa yang sesuai
dengan minat dan kemampuannya. Untuk mewujudkan kedua fungsi tersebut,
kurikulum perlu disusun secara lebih luas dan bersifat fleksibel.
6.
Fungsi
Diagnostik
Fungsi diagnostik mengandung makna
bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan
siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang
dimilikinya.Apabila siswa sudah mampu memahami kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya, maka diharapkan siswa dapat
mengembangkan sendiri kekuatan yang dimilikinya atau memperbaiki
kelemahan-kelemahannya.
2.
Sifat pengelolaan kurikulum
·
Bersifat strategis, karena merupakan
instrumen yang sangat penting untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
·
Bersifat komprehensif, yang mencakup
keseluruhan aspek – aspek kehidupan masyarakat
·
Bersifat intergratif, yang mengintergrasi
rencana yang luas yang mencakup pengembangan dimensi kualitas dan kuantitas
·
Bersifat realistik, berdasarkan kebutuhan
nyata peserta didik dalam kebutuhan masyarakat
·
Bersifat humanistik, menitik beratkan pada
pengembangan sumber daya manusia, baik kuantitatif maupun kualitatif
·
Bersifat futuralistik, mengacu jauh kedepan
falam merencanakan masyarakat yang maju
·
Bersifat desentralisasi, karena dikembangkan
oleh daerah sesuai dengan kondisi dan potensi daerah
·
Bersifat
objektif, berpijak pada keadaan yang sebenarnya, bersuber dari data yang nyata
dan akurat.
·
Bersifat
komprehensif, mencakup semua dimensi atau aspek yang terdapat dalam ruang
lingkup kurikulum.
·
Kooperatif,
dan bertanggung jawab dalam pengelolaannya.
·
Efesien
dalam penggunaaan waktu, biaya, tenaga dan peralatan yuang menjadi sarana
penunjang.
·
Berksinambungan.
3. Peran
pengelolaan kurikulum
1. Peran Konsevatif
Peran Konservatif Kurikulum adalah melestarikan
berbagai nilai budaya sebagai warisan masa lalu.Dokaotkan dengan era
globalisasi sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang
memungkinkan mudahnya pengaruh budaya asing menggerogoti budaya local, maka peran
konservatif dalam kurikulum memiliki arti ynag sangat penting. Melalui peran
konservatif, kurikulum berperan dalam menangkal berbagai pengaruh yang dapat
merusak nilai – nilai luhur masyarakat, sehingga identitas masyarakat akan
tetap terpelihara dengan baik.
2. Peran Kreatif
Dalam peran kreatif,
kurikulum harus mengandung hal – hal baru sehingga dapat membantu siswa untuk
dapat mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar dapat berperan aktif
dalam kehidupan sosial masyarakat yang senantiasa bergerak maju secara dinamis.
3. Peran Kritis dan Evaluatif
Kurikum berperan untuk
menyeleksi nilai dan budaya mana yang perlu dipertahankan, dan nilai atau
budaya baru yang mana yang harus dimiliki anak didik.Daam rangka ini peran
peran kritis dan evaluatif kurikulum diperlukan.Kurikulum harus berperan dalam
menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk
kehidupan anak didik.
2.5 Landasan Pengembangan Kurikulum
1. Landasan Filosofis
Filsafat berasal dari
Yunani kuno, yaitu dari kata “philos” dan “sophia”. Philos artinya cinta yang
mendalam dan sophia artinya kearifan atau kebijaksanaan. Filsafat secara
harfiyah diartikan sebagai cinta yang mendalam akan kearifan. Secara popular
Filsafat sering diartikan sebagai pandangan hidup suatu masyarakat atau
pendirian hidup bagi individu.
Ada 4 fungsi
filsafat dalam proses pengembangan kurikulum :
1. filsafat dapat menentukan arah dan tujuan
pendidikan.
2. filsafat dapat menentukan isi atau materi pelajaran
yang harus diberikan sesuai debgan tujuan yang ingin dicapai.
3. filsafat dapat menentukan srategi atau cara
penyampaian tujuan.
4. melalui filsafat dapat ditentukan bagaimana
menentukan tolok ukur keberhasilan proses pendidikan.
a. Filsafat dan
Tujuan Pendidikan
Hummel (1977)
mengemukakan ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan tujuan
pendidikan :
1.
Autonomy,
artinya memberi kesadaran, pengetahuan dan kemampuan yang primakepada setiap individu
dan kelompok untuk dapat mandiri dan hidup bersama dalam kehidupan yang lebih
baik.
2.
Equity, artinya
pendidikan harus dapat memberi kesempatan kepada seluruh warga masyarakat untuk
dapat berpartisipasi dalam kebudayaan dan ekonomi.
3.
Survival, artinya
pendidikan bukan saja harus menjamin terjadinya pewarisan dan memperkaya
kebudayaan dari generasi ke generasi akan tetapi harus memberikan pemahaman
akan saling ketergantungan antar manusia.
Menurut Bloom
(1965), tujuan pendidikan dapat digolongkan kedalam tiga klasifikasi atau
tiga domain (bidang), yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotor. Domain
kognitif berhubungan dengan pengembangan intelektual atau kecerdasan.Bidang
afektif berhubungan dengan pengembangan sikap dan bidang psikomotor berhubungan
dengan keterampilan.
b. Filsafat sebagai Proses Berfikir
Filsafat sering
diartikan sebagai cara berfikir. Sidi Gazalba, mengemukakan ciri-ciri
berfikir filosofis sebagai berfikir yang radikal, sistematis dan universal.
Befikir radikal (radikal thinking), yaitu berfikir sampai ke akar-akarnya
sampai pada konsekuensi yang terakhir.Berfikir sistematis adalah berfikir logis
yang bergerak selangkah dengan penuh kesadarandenagn urutan yang
bertanggungjawab dan saling berhubungan yang teratur.Berfikir universal,
artinya tidak berfikir secara khusus melainkan mencakup keseluruhan secara
sistematis dan logis sampai ke akar-akarnya.Orang yang berfilsafat yaitu orang
yang berfikir secara mendalam tentang masalah secara menyeluruh sebagai upaya
mencari dan menemukan kebenaran.
Menurut Nasution
(1989), ada empat aliran utama dalam filsafat, yaitu idealisme, relisme,
pragmatisme,dan eksistensialisme. Idealisme, memandang bahwa kebenaran itu
datang dari Yang Maha Kuasa.Manusia tidak perlu meragukan kebenarannya selain harus
mematuhinya.Aliran Realisme memandang bahwa manusia pada dasarnya dapat
menemukan dan mengenal realitas sebagai hukum-hukum universal, hanya saja dalam
menemukannya itu dibatasi oleh kelambanan sesuai dengan kemampuannya.Aliran
progmatisme berpendapat bahwa kenyatan itu pada hakikatnya berada pada hubungan
sosial antara manusia dengan manusia lainnya.Aliran Eksistensialis mengakui
bahwa sebagai individu setiap manusia memiliki kelemahan -kelemahan.
2. Landasan Psikologis
a. Psikologi Perkembangan Anak
Untuk memahami
perkembangan siswa, Piaget mengemukakan teori perkembangan kognitif
(intelektual).Kemampuan kognitif merupakan suatu yang fundamental yang
mengarahkaan dan membimbing perilaku anak. Tahapan perkembangannya yaitu:
1.
Sensorimotor,yang
berkembang dari mulai lahir sampai 2 tahun.
2.
Praoperasional,
mulai dari 2 sampai 7 tahun.
3.
Operasional
konkret, 7 sampai 11 tahunOperasional formal dimulai dari 11 sampai 14 tahun ke
atas.
b. Psikologi Belajar
b. Psikologi Belajar
Menurut aliran
Behavioristik, Belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan
yang ditangkap pancaindra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan
antara stimulus dan respon.Karena itu teori ini dinamakan teori Stimulus –
Respons.
3. Landasan Sosiologis-Teknologis
a. Kekuatan Sosial yang Dapat Mempengaruhi Kurikulum.
b. Kemajuam IPTEK sebagai Bahan
Pertimbangan Penyusunan Kurikulum.
2.6 Komponen-komponen
kegiatan pengelolaan kurikulum.
Menurut Ahmad Sabri dalam bukunya hal 54-55 tahun 2000 Kegiatan
pengelolaan kurikulum ada 3 bagian :
1. Kegiatan yang menyangkut proses
belajar
a) Penyusunan rencana kerja tahunan,
semesteran, bulanan dan mingguan.
b) Penyesuaian jadwal pelajaran.
c) Penyusunan jadwal ulangan dan
ujian.
d) Penyusunan daftar buku dan
alat-alat pelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan dan prestasi belajar
siswa.
e) Penyusunan norma penilaian
f) Pencatatan dan laporan
hasil-hasil kegiatan dan prestasi belajar siswa.
g) Penyusunan jadwal dan rencana kegiatan
belajar dalam kelas dan di luar kelas.
2. Kegiatan yang menyangkut siswa
a) Menentukan jumlah dan syarat
siswa yang akan diterima.
b) Perencanaan untuk pengarahan dan
pelayanan siswa dalam menyelesaikan program ini.
c) Merencanakan dan melaksanakan
peraturan kenaikan kelas.
d) Menentukan kelas bagi siswa yang
diterima dan naik kelas.
e) Pencatatan sesuatu mengenai
kegiatan siswa dan hasilnya di sekolah.
3. Kegiatan yang menyangkut guru
a) Pengaturan tugas pengajar dan
tugas piket.
b) Pengaturan bimbingan guru
terhadap siswa.
c) Penyusunan satuan pelajaran.
d) Penyusunan program kegiatan MGBS
(majelis guru bidang studi) dan pelaksanaanya dalam rangka peningkatan
kemampuan tugas profesianalnya.
e) Pengaturan mengenai tugas
belajar/pendataan guru
2.7
Aspek Utama Kurikulum
Dalam garis besarnya ada dua anggapan
yang berbeda-beda,yaitu:
1)
Karena sekolah didirikan oleh dan ditengah-tengah masyarakat, untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya, maka program pengajarannya harus mementingkan keadaan,
latar belakang dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
2) Karena
usaha pendidikan adalah mendidik individu, maka kurikulum harus disusun
berdasarkan keadaan, sifat dan kebutuhan-kebutuhan individu
Seperti kita lihat di
atas, anggapan pertama berorientasi kepentingan masyarakat atau sosial,
sedangkan anggapan kedua mementingkan individu atau berorientasi
psikologis.Barangkali tidak ada orang yang mau mempertahankan salah satu
pendapat dalam bentuk ekstrim.Dalam kenyataannya setiap program pengajaran yang
berpedoman pada kepentingan masyarakat, sampai batas-batas tertentu
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan individu pula, dan sebalinya setiap kurikulum
yang berorientasi psikologis dengan sendirinya memperhatikan kepentingan
masyarakat pula.
Pendirian yang ketiga
selain dari dua yang di atas menganggap tidak ada pertentangan secara prinsipil
di antara keduanya.Kita tidak usah berpegang pada salah satunya, sebab itu
benar-benar tidak realistis.Individu hanya dapat mewujudkan dirinya sebagai
individu jika dia berada dalam masyarakat tempat dia hidup.Karena itu kurikulum
harus berorientasi pada individu di dalam masyarakat.
Pendapat yang terakhir
ini nampaknya memang yang paling cocok atau sejalan dengan filsafat pendidikan
dan tujuan dari pendidikan nasional seperti yang tertuang dalam pembukaan UUD
1945, “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”.
Aspek lain dalam
masalah di atas adalah persoalan: Apakah kurikulum harus ditentukan oleh
kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan orang dewasa (persiapan untuk menghadapi
masa dewasa) atau harus ditentukan oleh kebutuhan dan kepentingan murid
sekarang ini. Pihak yang mempertahan kurikulum harus tersusun semata-mata dari
mata pelajaran yang didasarkan pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat,
biasanya berpendirian bahwa tugas fungsi pendidikan ialah untuk kehidupan orang
dewasa. Karena itu kurikulum harus banyak mengandung pelajaran-pelajaran yang
berguna untuk anak di masa akan datang. Pendapat yang menetang pendidirian di
atas mengemukakan teori bahwa anak harus di anggap sebagai anak dengan
hak-haknya, bukan sebagai orang dewasa dalam bentuk mini.Karena itu kurikulum
harus memperhatikan masalah-masalah yang menyangkut anak saja.
Dari kedua pendapat di
atas, muncul pendapat ketiga yang mengemukakan pendirian bahwa pada dasarnya
tidak usah ada pertentangan antara kedua pendirian di atas, karena di dalam
kurikulum cukup di perhatikan kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan
kedua belah pihak, baik anak maupun orang dewasa.Kurikulum harus memuat
pengalaman-pengalaman belajar yang sekaligus menyangkut kepentingan langsung di
dalam kehidupan anak dan mempersiapkan mereka untuk hidup di masa dewasa kelak.
Dikemukakan pula bahwa: “mempersiapkan anak untuk kehidupan orang dewasa”
berimplikasi masyarakat yang statis dimana kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan
orang dewasa kelak dapat diramalkan pada anak-anak yang ada sekarang.
Pendapat terakhir dalam
memberikan pemecahan masalah-masalah anak yang di hadapi sekarang dan
menyangkut kepentingan anak di masa depan, ialah meningkatkan penggunaan
kecerdasan secara fleksibel, mempersiapkan anak untuk menyesuaikan diri kepada
perubahan-perubahan pesatdari keanekaragaman dunia dewasa ini. Pandangan
terakhir ini nampaknya memberikan landasan yang sehat untuk menyusun kerangka
yang fleksibel namun mantap untuk perencanaan kurikulum.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari
makalah yang telah kami susun dapat disimpulkan menjadi bahwasanya didalam
suatu pengelolaan kurikulun itu harus melakukan 3 hal , diantaranya:
1.
Perencanaan
2.
Pelaksanaa
3.
Penilaian
Dan
apabila kurikulum yang kita buat tidak sesuai dan dalam penilaian dikatakan
gagal maka kita harus memperbaiki kurikulum kembali supaya tujuan pembelajaran
akan tercipta semaksimal mungkin.
Adapun
hal yang harus kita ketahui sebelum membuat kurikulum yaitu mengenai prinsip,
sifat, dan fungsi kurikulum, diantaranya:
Prisip :
1)
Produktivitas,
2)
Demokratisasi
3)
Kooperatif
4)
Efiktivitas dan efisiensi,
5)
Mengarahkan
Sifat :
· Bersifat
strategis,
· Bersifat
komprehensif,
· Bersifat intergratif,
· Bersifat realistik,
· Bersifat humanistik,
· Bersifat futuralistik,
· Bersifat desentralisasi,
· Bersifat objektif,
· Bersifat komprehensif,
· Kooperatif,.
· Efesien
· Berksinambungan.
Fungsi :
1. Fungsi Penyesuaian
4.
Fungsi
Integrasi
5. Fungsi Diferensiasi
5.
Fungsi
Persiapan
6.
Fungsi
Pemilihan
7.
Fungsi
Diagnostik
3.2
Saran
Untuk
mencapai kesempurnaan makalah ini , kami mengharap saran-saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Ibid. Oemar
Hamalik.2007. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Oemar Hamalik.2002.Manajemen Pengembangan
Kurikulum. Bandung: remaja Rosda Karya.
Yusak Burhanudin. 1998. Administrasi Pendidikan. Bandung:
CV. Pustaka Sena.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar